Senin, 28 Desember 2009

Aku Ingin Kembali

 

Hari berjalan, bulan bergeser, tahun berganti. Berapa malam yang telah kita lalui, berapa siang yang telah kita jalani. Waktu berlalu tak pernah kembali. Berapa prasasti dosa yang telah kita bangun dalam hidup ini. Berapa banyak pula nikmat yang telah diingkari dalam perjalanan di dunia ini.

Cermin hati telah penuh karat dosa yang telah dihembuskan hawa nafsu. Mata memandang yang haram, kaki berjalan tak tentu arah dan hati sibuk dengan melambungkan segala angan dan khayalan tinggi. Tapi kita hanya tertawa, terbahak, bahkan tertidur dengan bahagia. Air mata berhenti mengalir seiring dengan membatunya noda-noda di dada. Tapi , masih saja syari'at ini kita langgar dengan senyuman di bibir. Hati ini makin berat dan diri ini makin tersiksa. Namun, apalah daya… diri ini sering hanya bisa berkata… "Aku ingin kembali…"

 

"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (An-Nur:31)

 

"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat, beriman, dan beramal shalih kemudian tetap di jalan yang benar." (Thoha:82)

 

Tulisan ini merupakan bagian pertama dari pembahasan taubat yang Insya Allah akan dilanjutkan mengenai tata cara taubat dan penghalangnya. Sebelumnya, kami akan menukilkan sebuah syair dalam bagian pertama ini, diambil dari kitab "Kaifa Atuub" teruntuk Saudariku yang berkeinginan kembali kepada Allah Rabbul Izzati…

 

Jika kamu memiliki cita

Nyanyian kerinduan telah menarikmu

Maka perpendeklah jarak tempuh

Kepada pemanggil cinta dan kerinduan mereka tatkala berseru

Katakanlah : "Aku penuhi panggilanmu!" seribu kali jumlahnya

Jangan perhatikan puing-puing yang menghalangi mereka

Sebab jika kamu perhatikan,

Puing-puing itu kembali menjadi penghalang

Jangan menunggu untuk pergi

Kesertaan orang yang bermalas-malasan

Tinggalkan saja

Sebab kerinduan cukuplah mengantarkanmu

Ambillah dari mereka perbekalan

Dan berjalanlah pada jalan hidayah dan kebutuhan

Maka kamu akan sampai

Hilanglah darimu segala duka cita

Jika letih tulang kakimu

Maka peringatan itu mengembalikan semangatmu

Jika kamu takut keletihan

Maka katakan padanya

Di depanmu terdapat mata air

Carilah mata air itu

Ambillah berkas cahaya mereka

Kemudian berjalanlah dengannya

Maka cahaya mereka pasti menerangimu

Marilah bersegera menuju surga 'Adn berdekatan dengan mereka

Persinggahan-persinggahanmu pertama padanya kamu singgah

Tetapi orang-orang yang menyimpan permusuhan menahanmu

Oleh karena itu kamu berdiri

Di atas puing-puing menangisi persinggahan-persinggahan

Biarkanlah itu menjadi puing-puing

Sebab itu bukan tempat pemberhentian

Lampauilah dia

Karena dia bukan persinggahan-persinggahan

Katakanlah wahai jiwa, bersabarlah sesaat

Saat perjumpaan nanti kepenatan itu akan hilang

Tidaklah dunia ini kecuali sesaat saja

Kemudian lenyap dan orang yang dulunya bersedih menjadi gembira

 

Mengapa kita Harus Bertaubat?

 

Saat kita sadar bahwa kita harus kembali maka hendaknya kita tanyakan pada diri ini… Kenapa kita harus kembali pada-Nya… karena semua orang mencemooh kita, atau karena teman-teman sudah pergi meninggalkan kita akibat dosa dan maksiat kita, atau mungkin karena orang yang kita cintai menyuruh kita kembali, atau karena sebab yang lain?

Ya Ukhti, kita ini adalah milik-Nya. Kalau kita kembali pada-Nya pun haruslah karena-Nya. Karena hanya Dialah yang bisa menyelamatkan diri ini dari neraka-Nya. Mari luruskan niat benahi motivasi untuk kembali. Lantas, apa pula motivasi yang tepat untuk bertaubat kembali kepada Sang Rabbul Izzati?

 

1. Agar dengan taubat itu kita bisa kembali kepada jalan yang lurus, menjalani hidup ini semata hanya untuk beribadah pada-Nya. "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka menyembah-Ku."

(QS. Adz-Dzariyat :56) Mari kembali pada tujuan penciptaan kita semula hanya untuk menyembah-Nya

 

2. Untuk mentaati perintah Allah. "Hai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya." (QS. At-tahrim: 8) Oleh karena itu, marilah kembali mentaatinya bukan hanya karena mentaati orang yang menyuruh kita untuk kembali

 

3. Menyingkir dari kezhaliman menuju keberuntungan. "Barangsiapa yang tidak bertaubat maka mereka itu adalah orang-orang yang zhalim." (QS. Al-Hujurat:11) "Ketahuilah, Saudariku fillah, bahwa seluruh kezhaliman itu bermuara pada berpalingnya kita dari taubat, dalam perjalanan kita di mana kita menyalahi Rabb kita, dan kita masih meneruskan perbuatan yang dulu mengikuti hawa nafsu kita… Padahal itu berarti kebinasaan yang berarti pula kita telah menzhalimi diri kita sendiri.

 

4. Untuk meraih kebahagiaan. Jika ada yang mengatakan memakan kotoran itu lebih lezat daripada manisan tentunya orang itu sedang sakit pikiran. Nah, begitu juga jika ada yang mengatakan bahagia dalam kemaksiatan. Tentunya ia telah sakit hatinya.

Wahai Ukhti, maksiat itu membuat sakit…menyiksa…bahkan mendera jiwa…

Oleh karena itu, mengapa kita harus menyiksa diri dengan terus menerus bergumul dalam maksiat…kenapa kita tidak memilih menjadi hamba yang bahagia, hamba yang dicintai Rabb-Nya. Karena sesungguhnya Allah cinta dan gembira dengan taubat hamba-hamba-Nya melebihi gembiranya seorang laki-laki yang telah putus asa kehilangan kendaraan dan perbekalannya tapi kemudian muncul tiba-tiba dihadapannya kendaraan dan perbekalan miliknya (baca kisahnya di Riyadhu Shalihin)

 

5. Menyingkir dari azab Allah. "Maka segeralah kembali kepada Allah" (QS. Adz-Dzariyat:50)

Dengan taubat berarti kita bersegera menuju Allah, meninggalkan hawa nafsu, meninggalkan hawa nafsu, meninggalkan setan, meninggalkan syahwat dan maksiat. Jika Dia melihat ada kebaikan untuk memberikan semua itu kepadamu, Dia akan memberikannya. Dan jika Dia melihat kebaikan untuk menghalanginya darimu maka Dia akan menghalanginya. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang Allah kehendaki atas kita kebaikan.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar