Senin, 28 Desember 2009

Empat Pertanyaan di Padang Masyhar

Setiap muslim wajib mengimani Hari Akhir atau Hari Kiamat. Bahkan hal itu merupakan rukun iman yang kelima. Di dalam hadist-hadist shahih diterangkan bahwa setelah dunia ini hancur, manusia yang di dalam kubur dibangkitkan dan semua akan dikumpulkan oleh Allah di Padang Mahsyar. Siapkah kita menghadapi peristiwa tersebut ? Apa saja yang akan terjadi pada saat itu?

 

Pada saat itu manusia akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Ta'ala tentang segala macam yang telah dilakukan selama hidup di dunia ini. Pada hari itu tidak berguna harta, anak, tidak bermanfaat apa yang dibanggakan selama di dunia ini. Pada hari itu hanya ada penguasa tunggal yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan berbagai macam nikmat kepada manusia, kemudian Dia menyuruh menggunakan nikmat tersebut sebaik-baiknya dalam rangka mengabdi kepadaNya.

 

Karena Allah yang telah mengkaruniakan nikmat-nikmat itu kepada manusia, maka sangat wajar apabila Ia menanyakan kepada manusia untuk apa nikmat-nikmat itu digunakan.

 

Dalam sebuah haditsnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : "Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba (menuju batas shiratul mustaqim) sehingga ia ditanya tentang umurnya, untuk apa ia habiskan, ilmunya untuk apa ia amalkan, hartanya dari mana ia peroleh dan kemana ia habiskan dan badannya untuk apa ia gunakan".(Hadist Shahih Riwayat At Tirmidzi dan Ad Darimi)

 

1. Umur

 

Umur adalah sesuatu yang tidak pernah lepas dari manusia. Bila kita berbicara tentang umur, maka berarti kita berbicara tentang waktu. Allah dalam Al-Qur'an telah bersumpah dengan waktu : "Demi masa" maksudnya agar manusia lebih memperhatikan waktu. Waktu yang diberikan Allah adalah 24 jam dalam sehari-semalam. Untuk apa kita gunakan waktu itu ? Apakah waktu itu untuk beribadah atau untuk yang lain, yang sia-sia ?

 

Di antara sebab-sebab kemunduran umat Islam ialah bahwa mereka tidak pandai menggunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat, sebagian besar waktunya untuk bergurau, bercanda, ngobrol tentang hal-hal yang tidak bermanfaat bahkan terkadang membawa kepada perdebatan yang tidak berarti dan pertikaian. Sementara orang-orang kafir menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, sehingga mereka maju dalam berbagai bidang kehidupan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

 

Keadaan umat Islam saat ini sangat memprihatinkan. Ada diantara mereka yang tidak mengerti ajaran agamanya dan ada yang tidak mengerti pengetahuan umum. Bahkan ada diantara mereka yang buta huruf baca tulis Al-Qur'an. Bila kita mau meningkatkan iman dan amal, maka seharusnyalah kita bertanya kepada diri masing-masing. Sudah berapa umur kita hari ini dan apa yang sudah kita ketahui tentang Islam, apa pula yang sudah kita amalkan dari ajaran Islam ini? Janganlah kita termasuk orang yang merugi.

 

2.Ilmu

 

Yang membedakan antara muslim dan kafir adalah ilmu dan amal. Orang muslim berbeda amaliahnya dengan orang kafir dalam segala hal, dari mulai kebersihan, berpakaian, berumah tangga, bermuamalah dan lain-lain. Seorang muslim diperintahkan oleh Allah dan RasulNya agar menuntut ilmu. Allah berfirman : Apakah sama orang yang tahu (berilmu) dengan yang tidak berilmu ? (Q.S. Az Zumar: 9)

 

Ayat ini kendatipun berbentuk pertanyaan tetapi mengandung perintah untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu agama hukumnya wajib atas setiap individu muslim, misalkan tentang membersihkan najis, berwudhu yang benar cara shalat yang benar, dan hal-hal yang dilaksanakan setiap hari. Karena bila ia tidak tahu, maka amalannya akan tertolak, dan Allah akan bertanya kepadanya kenapa ia mengikuti apa yang tidak ia ketahui, seperti dalam firmanNya : "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung-jawabannya." (Q.S. Al Isra': 36)

 

Ilmu yang sudah dipelajari oleh umat Islam harus digunakan untuk kepentingan Islam. Ilmu yang sudah dituntut dan dipelajari wajib diamalkan menurut syari'at Islam. Ilmu tidak akan berarti apa-apa dalam hidup dan kehidupan manusia kecuali bila manusia mengamalkannya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : "Beramallah kamu (dengan ilmu yang ada) karena tiap-tiap orang dimudahkan menurut apa-apa yang Allah ciptakan atasnya." (H.R. Muslim)

 

3. Harta

 

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda : "Bagi tiap-tiap umat itu fitnah dan sesungguhnya fitnah umatku adalah harta." (H.R. At Tirmidzi dan Hakim)

 

Harta pada hakikatnya adalah milik Allah. Harta adalah amanat Allah yang dilimpahkan kepada umat manusia agar dia mencari harta itu dengan halal, menggunakan harta itu pada tempat yang telah ditetapkan oleh syari'at Islam. Bila kita amati keadaan umat Islam saat ini, banyak kita dapati di antara mereka yang tidak lagi perduli dengan cara mengumpulkan hartanya apakah dari jalan yang halal atau dari jalan yang haram. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah meramalkan hal ini dengan sabdanya : "Nanti akan datang satu masa, dimasa itu manusia tidak perduli dari mana harta itu ia peroleh, apakah dari yang halal ataukah dari yang haram." (H.R. Al Bukhari)

 

Setiap muslim harus hati-hati dalam mencari mata pencaharian hidupnya karena banyak manusia yang terdesak masalah ekonomi lalu ia menjadi kalut hingga tidak perduli lagi harta itu dari mana ia peroleh. Ada yang memperoleh harta dari usaha-usaha yang batil, misalnya hutang tidak dibayar, korupsi, riba, merampok, berjudi dan lain sebagainya. Orang yang mencari usaha dari yang haram akan mendapat siksa dari Allah, seperti disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : "Barangsiapa yang dagingnya tumbuh dari barang yang haram, maka Neraka itu lebih patut baginya (sebagai tempat)." (H.R. Al Hakim)

 

Harta yang kita dapat dengan cara yang halal harus pula kita infaqkan pada jalan yang benar pula. Bila tadi disebutkan bahwa harta itu milik Allah, maka wajib pula kita gunakan harta itu untuk dalam rangka menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini.

 

Di dalam Al-Qur'an ada delapan golongan yang berhak mendapat zakat, yaitu para fuqara (orang fakir), masakin (orang miskin), amil (pengurus) zakat, muallaf (orang yang baru masuk Islam), untuk membebaskan budak, orang-orang yang berhutang, untuk perjuangan jalan Allah dan orang yang sedang dalam perjalanan. Di masa-masa sekarang ini ada beberapa kelompok yang masuk prioritas utama yang berhak mendapat infaq dan shadaqah, yaitu golongan fuqara, masakin dan orang yang di jalan Allah.

 

Orang fakir adalah orang yang butuh, tetapi tidak mempunyai pekerjaan sedang hidupnya digunakan untuk membantu agama Islam . Jadi orang fakir yang dibantu adalah orang yang memang hidupnya untuk berjuang di jalan Allah bukan pemalas yang tidak mau berusaha dan tidak melaksanakan syariat Islam. Sedangkan orang miskin adalah orang yang berusaha tetapi usahanya hanya mencukupi kebutuhan minimalnya dalam keluarganya untuk makan sehari-hari.

 

4.Badan

 

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah di muka bumi ini. Dengan kesempurnaan susunan tubuh serta akal fikiran yang diberikan Allah, manusia dijadikan sebagai khalifah di bumi, manusia dibebani taklif agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Jasmani manusia ini dituntut bekerja untuk melaksanakan fungsi khilafah dalam rangka mengabdi kepada Allah. Letihnya manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah akan diganjar dengan pahala. Tetapi bila letihnya dalam rangka bermain-main, mengerjakan maksiat, perbuatan sia-sia, beribadah dengan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, maka sia-sialah letihnya itu bahkan ada yang akan diganjar dengan api Neraka, karena mereka termasuk orang-orang yang celaka, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : "Tiap-tiap amal (pekerjaan) ada masa-masa semangat, dan tiap-tiap masa semangat ada masa lelahnya maka barangsiapa lelah letihnya karena melaksanakan sunnahku, maka ia telah mendapatkan petunjuk, dan barangsiapa letihnya bukan karena melaksanakan sunnahku, maka dia termasuk orang yang binasa." (H.R. Al Hakim dan Al Baihaqi)

***

Demikianlah, pada hari mahsyar masing-masing manusia akan diminta pertanggung jawaban atas segala perbuatan yang telah dikerjakannya selama hidupnya di dunia. Sudah siapkah kita menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada kita pada saat itu? Kalau belum, kapan lagi kita mempersiapkan diri kalau tidak sekarang?

 

Segala puji bagi Allah, Penguasa sekalian alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan atas Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para Shahabatnya.

 

 

 

Read More...... Read More..

Dalam Sakit Ada Cinta

Kebanyakan orang menganggap sakit itu sebagai musibah. Pun halnya dengan saya. tetapi ternyata dalam sakit saya, saya menemukan keindahan cinta yang tak terlupakan.

Awal tahun 2000, ketika saya masih duduk di semester dua di sebuah Perguruan Tinggi, untuk pertama kalinya Allah memberi saya musibah sakit yang cukup serius. Karena sebelumnya, Alhamdulillah saya tidak pernah sakit kecuali sakit ringan. Dan tentu saja sakit yang dirasakan ini lebih berat dari sebelumnya.

Sakit tersebut berawal dari suhu badan yang tinggi, jantung yang sakit dan berdebar-debar serta kepala yang sakit serasa ditusuk-tusuk. Yang tidak lebih menyenangkan, selera makan hilang, padahal perut sangat lapar. Beberapa hari tidak bisa masuk kuliah sampai akhirnya saya memutuskan untuk pulang mudik ke kampung halaman.

Menjelang maghrib saya baru tiba di kampung halaman. Masya Allah, ayah dan ibu sangat panik melihat keadaan putri bungsunya. Setelah Shalat Magrib ayah membawa saya ke dokter. Hasilnya saya migrain dan tekanan darah rendah. "Harus banyak istirahat!" kata dokter.

Saya berbaring di tempat tidur. Ayah dan Ibu melayani kebutuhan saya. Dari mulai makan, minum, dan memapah ke kamar mandi. Malam itu saya tahu, mereka tidak bisa tidur, duduk lesu di kursi yang sengaja mereka bawa ke kamar saya.

Alhamdulillah, pagi harinya saya merasa cukup tenang. Tetapi ketika sore hari, suhu badan saya naik lagi. Setelah diperiksa ulang, Dokter mengatakan, Gejala Thypus dan Maag-ku kambuh lagi. Tidak boleh makan mie dan minum susu. Masya Allah, padahal itulah yang kumakan dan kuminum selama sakit ini. dengan sedih ibu meminta maaf padaku, padahal akulah yang meminta makanan seperti itu. Akhirnya, nasi tim, telur rebus dan buah-buahan, adalah makananku selanjutnya. Dan kulihat, betapa repotnya ibu menyediakan itu semua. Masih banyak hal lagi yang harus mereka lakukan. Dan yang pasti tidak sedikit uang yang mereka keluarkan.

Sepuluh hari sakit, cukup membuatku sadar. Kulihat dan kurasakan, kesungguhan ayah dan ibu merawatku demi kesembuhan putrinya. Mereka menyemangatiku untuk selalu sabar menerima cobaan dari Allah. Subhanallah, kesabaran ibu pun membujukku agar mau makan, kehati-hatian bapak memapahku ke kamar mandi, kerelaan mereka menungguiku sepanjang malam kala aku tidur, juga keikhlasan doa-doa mereka disetiap tahajudnya demi kesembuhanku. Masih kuingat air mata mereka jatuh saat suatu malam migrainku kambuh. Aku menjerit-jerit karena sakit kepala yang tak tertahankan. Ibu memelukku dengan erat, dan dari bibirnya meluncur kata-kata lembut menyabarkanku. Sampai akhirnya akupun tertidur. Kala aku terjaga dari tidurku tengah malam, dalam kelelahan kulihat mereka berjamaah shalat tahajud. Dan yang membuatku terenyuh, mereka berdoa sambil menangis memohon kepada Allah demi kesembuhanku. Tak terasa air mataku pun mengalir dengan derasnya. Ada isak yang tertahan. Robb, aku sadar kini, betapa besar dan tulus kasih sayang dan cinta mereka kepadaku, dan betapa besar pengorbanan mereka untukku. Dan dari letih dan lelah wajah mereka, kutangkap sinar cinta yang tiada batas. Padahal, selama ini aku selalu menyusahkan mereka, membuat mereka marah dan kesal.

Ya Allah terimakasih!! Telah kau tunjukkan semuanya padaku. Kumohon, bahagiakan mereka di dunia dan akhirat kelak. Aku ingin mereka tersenyum di surga-Mu kelak. Jangan pernah sedikit pun kedzoliman menimpa mereka.

Teriring salam dan cinta buat ayah dan bunda, pahlawanku. Maaf dan doa ayah dan bunda adalah mutiara bagi ananda.

 

 

 

Read More...... Read More..

Belajar Dari Filosofi Semut

Oleh: Tjetjep Joesoef Pramana Soekmaprana Hadiredja

 

 

 

Sudah sekian tahun saya mengajarkan pada diri saya sendiri tentang konsep sederhana namun sangat hebat, yaitu Filosofi Semut. Semut mempunyai empat filosofi yang luar biasa untuk di telaah. Yaitu:

 

 

Pertama, semut tidak pernah menyerah. Bila anda menghalang-halangi dan berusaha menghentikan langkah mereka, mereka selalu akan mencari jalan lain. Mereka akan memanjat ke atas, menerobos ke bawah atau mengelilinginya. Mereka terus mencari jalan keluar. Tidak sekali-kali menyerah untuk menemukan jalan menuju tujuannya.

 

Kedua, semut menganggap semua musim panas sebagai musim dingin. Ini adalah cara pandang yang penting. Semut-semut mengumpulkan makanan musim dingin mereka di pertengahan musim panas.

 

Sebuah kisah kuno mengajarkan, "Jangan mendirikan rumahmu di atas pasir di musim panas."

 

 

Ketiga, semut menganggap semua musim dingin sebagai musim panas. Ini juga penting. Selama musim dingin, semut mengingatkan dirinya sendiri, "Musim dingin takkan berlangsung selamanya. Segera kita akan melalui masa sulit ini." Maka ketika hari pertama musim semi tiba, semut-semut keluar dari sarangnya. Dan bila cuaca kembali dingin, mereka masuk lagi ke dalam liangnya. Lalu, ketika hari pertama musim panas tiba, mereka segera keluar dari sarangnya. Mereka tak dapat menunggu untuk keluar dari sarang mereka.

 

Terakhir, ke empat, seberapa banyak semut akan mengumpulkan makanan mereka di musim panas untuk persiapan musim dingin mereka? Semampu mereka! Filosofi yang luar biasa, filosofi "semampu mereka".

 

 

Ikhwah Fillah…

 

Marilah ‘semampu kita’ untuk bekerja mensukseskan agenda-agenda dakwah kita, dimanapun kita berada dan sebisa apapun kita mencoba dan berusahan

 

 

 

  _____  

 

Read More...... Read More..

Aku Ingin Kembali

 

Hari berjalan, bulan bergeser, tahun berganti. Berapa malam yang telah kita lalui, berapa siang yang telah kita jalani. Waktu berlalu tak pernah kembali. Berapa prasasti dosa yang telah kita bangun dalam hidup ini. Berapa banyak pula nikmat yang telah diingkari dalam perjalanan di dunia ini.

Cermin hati telah penuh karat dosa yang telah dihembuskan hawa nafsu. Mata memandang yang haram, kaki berjalan tak tentu arah dan hati sibuk dengan melambungkan segala angan dan khayalan tinggi. Tapi kita hanya tertawa, terbahak, bahkan tertidur dengan bahagia. Air mata berhenti mengalir seiring dengan membatunya noda-noda di dada. Tapi , masih saja syari'at ini kita langgar dengan senyuman di bibir. Hati ini makin berat dan diri ini makin tersiksa. Namun, apalah daya… diri ini sering hanya bisa berkata… "Aku ingin kembali…"

 

"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (An-Nur:31)

 

"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat, beriman, dan beramal shalih kemudian tetap di jalan yang benar." (Thoha:82)

 

Tulisan ini merupakan bagian pertama dari pembahasan taubat yang Insya Allah akan dilanjutkan mengenai tata cara taubat dan penghalangnya. Sebelumnya, kami akan menukilkan sebuah syair dalam bagian pertama ini, diambil dari kitab "Kaifa Atuub" teruntuk Saudariku yang berkeinginan kembali kepada Allah Rabbul Izzati…

 

Jika kamu memiliki cita

Nyanyian kerinduan telah menarikmu

Maka perpendeklah jarak tempuh

Kepada pemanggil cinta dan kerinduan mereka tatkala berseru

Katakanlah : "Aku penuhi panggilanmu!" seribu kali jumlahnya

Jangan perhatikan puing-puing yang menghalangi mereka

Sebab jika kamu perhatikan,

Puing-puing itu kembali menjadi penghalang

Jangan menunggu untuk pergi

Kesertaan orang yang bermalas-malasan

Tinggalkan saja

Sebab kerinduan cukuplah mengantarkanmu

Ambillah dari mereka perbekalan

Dan berjalanlah pada jalan hidayah dan kebutuhan

Maka kamu akan sampai

Hilanglah darimu segala duka cita

Jika letih tulang kakimu

Maka peringatan itu mengembalikan semangatmu

Jika kamu takut keletihan

Maka katakan padanya

Di depanmu terdapat mata air

Carilah mata air itu

Ambillah berkas cahaya mereka

Kemudian berjalanlah dengannya

Maka cahaya mereka pasti menerangimu

Marilah bersegera menuju surga 'Adn berdekatan dengan mereka

Persinggahan-persinggahanmu pertama padanya kamu singgah

Tetapi orang-orang yang menyimpan permusuhan menahanmu

Oleh karena itu kamu berdiri

Di atas puing-puing menangisi persinggahan-persinggahan

Biarkanlah itu menjadi puing-puing

Sebab itu bukan tempat pemberhentian

Lampauilah dia

Karena dia bukan persinggahan-persinggahan

Katakanlah wahai jiwa, bersabarlah sesaat

Saat perjumpaan nanti kepenatan itu akan hilang

Tidaklah dunia ini kecuali sesaat saja

Kemudian lenyap dan orang yang dulunya bersedih menjadi gembira

 

Mengapa kita Harus Bertaubat?

 

Saat kita sadar bahwa kita harus kembali maka hendaknya kita tanyakan pada diri ini… Kenapa kita harus kembali pada-Nya… karena semua orang mencemooh kita, atau karena teman-teman sudah pergi meninggalkan kita akibat dosa dan maksiat kita, atau mungkin karena orang yang kita cintai menyuruh kita kembali, atau karena sebab yang lain?

Ya Ukhti, kita ini adalah milik-Nya. Kalau kita kembali pada-Nya pun haruslah karena-Nya. Karena hanya Dialah yang bisa menyelamatkan diri ini dari neraka-Nya. Mari luruskan niat benahi motivasi untuk kembali. Lantas, apa pula motivasi yang tepat untuk bertaubat kembali kepada Sang Rabbul Izzati?

 

1. Agar dengan taubat itu kita bisa kembali kepada jalan yang lurus, menjalani hidup ini semata hanya untuk beribadah pada-Nya. "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka menyembah-Ku."

(QS. Adz-Dzariyat :56) Mari kembali pada tujuan penciptaan kita semula hanya untuk menyembah-Nya

 

2. Untuk mentaati perintah Allah. "Hai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya." (QS. At-tahrim: 8) Oleh karena itu, marilah kembali mentaatinya bukan hanya karena mentaati orang yang menyuruh kita untuk kembali

 

3. Menyingkir dari kezhaliman menuju keberuntungan. "Barangsiapa yang tidak bertaubat maka mereka itu adalah orang-orang yang zhalim." (QS. Al-Hujurat:11) "Ketahuilah, Saudariku fillah, bahwa seluruh kezhaliman itu bermuara pada berpalingnya kita dari taubat, dalam perjalanan kita di mana kita menyalahi Rabb kita, dan kita masih meneruskan perbuatan yang dulu mengikuti hawa nafsu kita… Padahal itu berarti kebinasaan yang berarti pula kita telah menzhalimi diri kita sendiri.

 

4. Untuk meraih kebahagiaan. Jika ada yang mengatakan memakan kotoran itu lebih lezat daripada manisan tentunya orang itu sedang sakit pikiran. Nah, begitu juga jika ada yang mengatakan bahagia dalam kemaksiatan. Tentunya ia telah sakit hatinya.

Wahai Ukhti, maksiat itu membuat sakit…menyiksa…bahkan mendera jiwa…

Oleh karena itu, mengapa kita harus menyiksa diri dengan terus menerus bergumul dalam maksiat…kenapa kita tidak memilih menjadi hamba yang bahagia, hamba yang dicintai Rabb-Nya. Karena sesungguhnya Allah cinta dan gembira dengan taubat hamba-hamba-Nya melebihi gembiranya seorang laki-laki yang telah putus asa kehilangan kendaraan dan perbekalannya tapi kemudian muncul tiba-tiba dihadapannya kendaraan dan perbekalan miliknya (baca kisahnya di Riyadhu Shalihin)

 

5. Menyingkir dari azab Allah. "Maka segeralah kembali kepada Allah" (QS. Adz-Dzariyat:50)

Dengan taubat berarti kita bersegera menuju Allah, meninggalkan hawa nafsu, meninggalkan hawa nafsu, meninggalkan setan, meninggalkan syahwat dan maksiat. Jika Dia melihat ada kebaikan untuk memberikan semua itu kepadamu, Dia akan memberikannya. Dan jika Dia melihat kebaikan untuk menghalanginya darimu maka Dia akan menghalanginya. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang Allah kehendaki atas kita kebaikan.

 

 

 

Read More...... Read More..

Dan Hidup adalah Perjalanan menuju Ilahi

Oleh : Abu Hanifah H

 

 

Di dalam banyak ayat, Al Qur'an menggambarkan hidup ini sebagai sebuah perjalanan, yang tiada akhir dari perjalanan itu selain kembali kepada Allah SWT. Dengan sangat logis manusia diumpamakan sebagai musafir dan dunia ini adalah tempat persinggahan yang hanya sementara. Tujuan akhir dari perjalanan panjang ini adalah bertemu dengan Allah SWT. Allah SWT menegaskan bahwa '... Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepadaNya' (QS. Al A'raf [7]:29). Inilah perjalanan yang dimulai dari penciptaan oleh Allah dan berakhir pada titik pertemuan dengan Allah..

 

.Setiap kita Insya Allah pernah melakukan perjalanan, baik perjalanan dengan jarak dekat maupun perjalanan jarak jauh. Hal penting di dalam persiapan perjalanan adalah keberadaan bekal. Semakin jauh jarak yang ditempuh, maka bekal yang harus dipersiapkan pun mestinya semakin banyak. Tidak terkecuali dengan perjalanan kita ini, perjalanan hidup yang titik akhirnya adalah pertemuan dengan Allah.

 

Disadari atau tidak, dengan pengetahuan mengenai konsep hidup sebagai perjalanan ini, banyak orang berusaha mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya. Orang yang beranggapan bahwa akhir kehidupan juga membutuhkan materi cenderung akan berusaha mengumpulkan bekal berupa materi sebanyak-banyaknya. Sementara orang lain ada yang beranggapan bahwa bekal untuk mencapai tujuan perjalanan ini adalah hubungan baik, koneksi. Atas kesadaran seperti ini, mereka berlomba-lomba membangun hubungan yang diyakininya dapat mempermudah perjalanan hidupnya. Demikian juga ada yang beranggapan bahwa bekal yang paling pantas dalam perjalanan ini adalah nama besar. Untuk orang-orang seperti ini, mereka akan selalu berusaha memperbesar nama yang disandangnya.

 

Akan tetapi, semua bekal-bekal di atas belumlah dianggap sebagai bekal yang sesungguhnya untuk perjalanan menuju Allah. Allah SWT menegaskan bahwa justru sebaik-baik bekal adalah takwa.

 

Sekarang mari kita coba renungkan sejenak. Bayangkan bahwa kita akan menempuh perjalanan yang belum pernah kita lalui sebelumnya. Selain melewati rute yang tidak kita kenal, lama waktu tempuhnya pun tidak ada gambaran dalam pikiran kita, entah sampai dalam satu hari, satu pekan, satu bulan, satu tahun atau sepuluh tahun kita tidak tahu. Bahaya apa yang bakal kita hadapi pun belum ada terlintas dalam benak kita. Benar-benar perjalanan yang akan kita lakukan ini adalah perjalanan dalam kesendirian.

 

Ada memang orang-orang yang akan menemani dalam perjalanan ini, yaitu orang-orang yang kita cintai. Tetapi pertemanan yang diberikan oleh orang-orang itu kita tahu hanyalah bersifat sementara. Mereka bahkan hanya akan mengantar kita sampai depan pintu gerbang, fase perjalanan berikutnya yaitu sampai di depan pintu kubur saja. Sedang sisa perjalanan berikutnya akan kita tempuh dalam kesendirian. Karena itu, kita bagaimana pun harus mempersiapkan bekal untuk perjalanan ini. Sendiri dan sendiri.

 

Khusus untuk fase perjalanan di alam kubur, Rasulullah SAW pernah memberikan keterangan bahwa sebenarnya perjalanan ini akan bertemankan amal-amal selama kita singgah di dunia ini. Amal keburukan akan menjelma menjadi teman berburuk muka berbau busuk. Sedangkan amal kebajikan, atau dalam istilah Al Qur'an, takwa kita akan menjelma menjadi kawan dengan penampilan yang rupawan dan tutur kata yang sopan. Alangkah bahagianya selama dalam perjalanan bertemankan orang yang menyenangkan. Untuk orang-orang yang memiliki banyak bekal kebajikan, perjalanannya adalah perjalanan yang menyenangkan bahkan kematiannya pun laksana tidurnya pengantin baru.

 

Sekali lagi, dalam perjalanan hidup ini, perjalanan kembali kepada Allah ini sebaik-baik bekal adalah takwa. Jadi mari kita perbanyak bekal kita dengan meningkatkan ketakwaan kita. Tiada lain pilihan yang dapat kita ambil selain bertakwa. Karena kalau tidak, kita harus berangkat memulai perjalanan bertangan kosong tanpa bekal.

 

Hai jiwa-jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. Al Fajr [89]: 27-30)

 

 

Berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.

 

 

Read More...... Read More..

Jumat, 18 Desember 2009

Renungkan Teka - Teki ini :

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau bertanya (Teka Teki ) :

Imam Ghazali = " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?
Murid 1 = " Orang tua "
Murid 2 = " Guru "
Murid 3 = " Teman "
Murid 4 = " Kaum kerabat "
Imam Ghazali = " Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).

Imam Ghazali = " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?"
Murid 1 = " Negeri Cina "
Murid 2 = " Bulan "
Murid 3 = " Matahari "
Murid 4 = " Bintang-bintang "
Iman Ghazali = " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama".

Iman Ghazali = " Apa yang paling besar didunia ini ?"
Murid 1 = " Gunung "
Murid 2 = " Matahari "
Murid 3 = " Bumi "
Imam Ghazali = " Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179) Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka."

IMAM GHAZALI" Apa yang paling berat didunia? "
Murid 1 = " Baja "
Murid 2 = " Besi "
Murid 3 = " Gajah "
Imam Ghazali = " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka karena gagal memegang amanah."

Imam Ghazali = " Apa yang paling ringan di dunia ini ?"
Murid 1 = " Kapas"
Murid 2 = " Angin "
Murid 3 = " Debu "
Murid 4 = " Daun-daun"
Imam Ghazali = " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat "

Imam Ghazali = " Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? "
Murid- Murid dengan serentak menjawab = " Pedang "
Imam Ghazali = " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri "

"sampaikanlah walau satu ayat".. Read More...... Read More..

Rabu, 02 Desember 2009

Cara Mendidik Anak (KH. Zaenudin MZ) Read More...... Read More..
Agar buah hati menjadi penyejuk hati Read More...... Read More..